KAWASAN PENGELOLAAN
1. Konsep Kawasan Pengelolaan
Konsep pengelolaan merupakan bagian yang integral dalam bidang teknologi
pendidikan dan dari peran kebanyakan para teknolog pendidikan. Secara
perorangan tiap ahli dalam bidang ini dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
pengelolaan dalam berbagai latar. Seorang teknolog pendidikan mungkin terlibat
dalam usaha pengelolaan projek pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat
media sekolah. Tujuan yang sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat
sangat bervariasi, namun keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relative
tetap sama apapun kasusnya.
Banyak teknolog pendidikan
memegang jabatan yang jelas-jelas memerlukan fungsi pengelolaan.
Misalnya seorang direktur Pusat Sumber Belajar pada sebuah Universitas. Orang ini bertanggungjawab atas kekseluruhan program sumber belajar
termasuk tujuan organisasi, staf, keuangan, fasilitas, dan peralatan.
| Orang
yang lain lagi mungkin bertugas sebagai ahli media pada sebuah sekolah. Orang
ini bertanggungjawab atas keseluruhan program pusat media tersebut.
Program-program yang dilakukan oleh mereka itu dapat sangat berbeda, akan
tetapi keterampilan dasar yang diperlukan untuk mengelolaprogram tersebut tetap
sama. Keterampilan yang dimaksud meliputipengorganisasin program, supervise
personil, perencanaan, pengadministrasian dana dan fasilitas, serta pelaksanaan
perubahan.
Kawasan pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat media, program media dan pelayanan media. Pembauran perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan ahli perpustakaan media sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan cetak dan non cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber teknologikal dalam kurikulum. Pada tahun 1976 Chisholm dan Ely menulis buku Media Personnel In Education: A Competency Approach yang menekankan bahwa administrasi program media memegang peran sentral dalam khasanah teknologi pendidikan |
2. Fungsi Kawasan Pengelolaan
Definisi AECT tahun 1977 membagi fungsi pengelolaan dalam pengelolaan
organisasi dan pengelolaan personil, seperti halnya yang dilakukan oleh para
administrator dari program dan pusat media.
Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang ini, teori
pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi. Teori pengelolaan projek
digunakan, khususnya dalam proyek dasain pembelajaran, karena semakin
diperlukan dalam prkatek pengelolaan. Teknik atau cara untuk mengelola
proyek-proyek ini harus dikembangkan atau dipinjam dari bidang lain. Tiap
perkembangan baru memerlukan cara pengelolaan yang abru pula. Keberhasilan
sistem belajar jarak jauh tergantung pengelolaannya, karena lokasinya yang
menyebar. Dengan lahirnya teknologi baru , dimungkinkan tersedianya cara baru
untuk mendapatkan informasi. Akibatnya pengetahuan tentang pengelolaan informasi
menjadi sangat potensial.
Suatu dasar teoritis dari pengelolaan informasi berasal dari disiplin
ilmu informasi. Dasar lain yang muncul dari praktek berasal dari teknologi
terpadu kawasan pengembangan , dan dari ilmu perpustakaan. Pengelolaan
informasi membuka banyak kemungkinan untuk desain pembelajaran, khususnya dalam
pengembangan dan implementasi kurikulum dan pembelajaran yang dirancang
sendiri.
Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengkooerdinasian, dan supervise. Pengelolaan
biasanya meruapakan hasil dari penerapan suatu sistem nilai . kerumitan dalam
mengelola berbagai macam sumber, personil, usaha desain maupun pengembangan
akan semakin meningkat dengan membesarnya usaha dari sebuah sekolah atau bagian
kantor yang kecil menjadi kegiatan pembelajaran berskala nasional atau menjadi
perusahaan multi-nasional dengan skala global. Terlepas dari besarnya program
atau proyek teknologi pendidikan yang ditangani, salah satu kunci keberhasilan
yang esensial adalah pengelolaan. Perubahan jarang terjadi hanya pada tingkat
pembelajaran yang mikro. Untuk menjamin keberhasilan dari tiap intervensi
pembelajaran, proses perubahan prilaku kognitif maupun afektif ahrus terjadi
bersamaan dengan perubahan pada tingat makro.
3. Kategori Kawasan Pengelolaan
Secara singkat ada empat kategori dalam kawasan pengelolaan, yaitu
pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian dan
penegelolaan informasi. Disetiap sub kategori tersebut ada seperangkat tugas
yang sama yang ahrus dilakukan. Organisasi harus dimantapkan, personil harus
diangkat dan di supervise, dana harus direncanakan dan dipertanggungjawabkan,
dan fasilitas harus dikembangkan serta dipelihara.
Disamping itu harus ada perencanaan jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk mengontrol organisasi, pengelola harus menciptakan struktur yang membantu
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Pengelola ini harus menjadi
pemimpin yang dapat memberikan motivasi, arahan, melatih, membina, memberi
wewenang, dan mempunyai keterampilan berkomunikasi (Prostano dan Prostano,
1987). Tugas dalam bidang personil mencakup seleksi, pengangkatan, supervise,
dan penilaian. Tugas keuangan mencakup perencanaan anggaran, justifikasi dan
pemantauan, pertanggungjawaban dan pembelian. Tanggungjawab akan fasilitas
meliputi perencanaan,bimbingan, serta supervise. Pengelolaan bertanggungjawab
membuat rencana jangka panjang (Caffrela, 1993).
a. Pengelolaan proyek
Pengelolaan proyek meliputiperencanaan,
monitoring dan pengendalian proyek desain dan pengembangan. Menurut Rothwell
dan Khazanas (1992), pengelolaan proyek berbeda dengan pengelolaan tradisonal,
yaitu organisasi garis dan staf. Perbedaan itu disebabkan karena
1) Staf proyek mungkin baru, yaitu anggota tim
untuk jangka pendek
2) Pengelola proyek biasanya tidak menpunyai
wewenang jangka panjang atas orang karena sifat tugas mereka yang sementara
3) Pengelola proyek memiliki kendali dan
fleksibilitas yang lebih luas dari yang biasa terdapat pada organisasi garis
dan staf.
Para pengelola proyek bertanggungjawab atas
perencanaan, penjdwalan dan pengendalian fungsi desain pembelajaran atau
jenis-jenis proyek lain. Mereka harus melakukan negosisasi, menyusun anggaran,
membentuk sistem pemantauan informasi, serta menilai kemajuan. Peran
pengelolaan proyek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi ancaman proyek
dan memberi saran perubahan ke dalam.
b. Pengelolaan sumber
Pengelolaan sumber mencakup perencanaan,
pemantauan, dan pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber. Pengelolaan
sumber sangat penting artinya karena mengatur pengendalian akses. Pengertian
sumber dapat mencakup personil, keuangan, bahan baku, waktu, fasilitas, dan
sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup semua teknologi yang telah
dijelaskan pada kawasan pengembangan efektivitas biaya dan justifikasi belajar
yang efektif merupakan dua karakteristik penting dari pengelolaan sumber.
c. Pengelolaan sistem penyampaian
Pengelolaan sistem penyampaian meliputi
perencanaan, pemantauan, pengendalian “cara bagaimana distribusi bahan
pembelajaran diorganisasikan…Hal tersebut merupakan suatu gabungan medium dan
cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran kepada
pebelajar” (Ellington dan Harris, 1986:47). Contoh pengelolaan sperti itu trdapat
pada proyek belajar jarak jauh di
National Technological University dan Nova University. Pengelolaan sistem
penyampaian memberikan perhatian pada permasalahan produk seperti persyaratan
perangkat keras/lunak dan dukungan teknis terhadap pengguna maupun operator.
Penglolaan ini juga memperhatikan permasalahn proses seperti pedoman bagi
desainer dan instruktur atau pelatih. Dari sekian banyan parameter ini keputusan harus diambil berdasarkan pada
kesesuaian karakteristik teknologi
dengan tujuan pembelajaran. Keputusan tentang pengelolaan sistem
penyampaian ini sering tergantung pada sistem pengelolaan sumber.
d. Pengelolaan informasi
Pengelolaan informasi meliputi perencanaan,
pemantauan dan pengendalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau proses
informasi dalam rangka tersdianya sumber untuk belajar. Teknologi yang
dijelaskan pada kawasan pengembangan
merupakan metoda penyimpanan dan penyampaian. Penyiaran atau transfer
informasi sering terjadi melalui teknologi terpadu. Pemrosesan adalah
pengubahan pengubahan beberapa aspek informasi melalui computer agar lebih
sesuai dengan tujuan tertentu (Lindenmayer, 1988, hal 317). Pengelolaan
informasi penting untuk memberikan akses dan keakraban pemakai. Pentingnya
pengelolaaninformasi terletak pada potensinya untuk mengadakan revolusi
kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran. Pertumbuhan ilmu maupun industri
pengetahuan di luar yang saat ini dapat diakomodasikan menunjukkan bahwa hal
ini merupakan bidang yang sangat penting bagi teknologi pendidikan di masa yang
akan datang. Pengelolaan sistem penyimpanan informasi untuk tujuan pembelajaran
tetap akan merupakan komponen penting dari bidang teknologi pendidikan.
4. Kecenderungan dan permasalahan
Kecenderungan terhadap peningkatan dan pengelolaan kualitas dari dunia
industry nampaknya akan menyebar ke dunia pendidikan. Jika demikian, hal
tersebut akan membawa dampak pada kawasan pengelolaan. Sintesa dan difusi
inovasi, teknologi kinerja dan pengelolaan kualitas dapat menjadi alat yang
ampuh untuk perubahan organisasi.
Mengurangi hal ini akan menjadi tantangan bagi para pengelola untuk menggunkan
sumber-sumber yang ada sekarang secara lebih baik. Penggabungan antara sistem
informasi dan pengelolaan akan berkembang dan berpengaruh terhadap teknologi
pendidikan dalam pengertian bahwa pengambilan keputusan pengelolaan akan
menjadi semakin bergantung pada komputerisasi informasi.
5. Penelitian Teknologi Pendidikan Dalam
Kawasan Pengelolaan
persoalan-persoalan pengelolaan dalam bidang teknologi pembelajaran
muncul akibat pengaruh aliran perilaku dan berfikir sistematik behaviorisme
serta aspek humanistic dari teosri komunikasi, motivasi dan produktivitas.
Metodologi dan teori pengelolaan telah banyak diaplikasikan baik pada berbagai
bidang pengelolaan dan koordinasi proyek ataupun sumber, maupun secara lebih
luas dalam mengelola perubahan.
Sebagian besar prinsip-prinsip pengelolaan berasal dari administrasi
bisnis, dan hanya teori dan penelitian pengelolaan dihasilkan oleh komunitas
teknologi pendidikan. Pengaruh yang paling menonjol pada bidang pengelolaan
berasal dari para praktisi teknolog pendidikan, bukannya dari para teoritisi
(Greer, 1922). Selama bertahun-tahun praktek dalam pengelolaan perpustakaan,
pusat sumber belajar, pengelolaan proyek, atau pengelolaan sarana telah
membangun landasan teknis dewasa ini.
Pengelolaan proyek sebagai suatu konsep, pada awalnya diperkenalkan
sebagai “cara yang efisin dan efektif dalam menghimpun suatu tim, dimana
pengethaun dan keahlian anggotanya sesuai dengan situasi unik dan tutntutan
teknis jangka pendek yang ditentukan oleh pemberi kerja” (Rothwell dan Kazanas,
1992:264). Ini berbeda sekali dengan pengelolaan tradisional karena otoritas
ada di tangan mereka yang berpengetahuan dan berkeahlian, dan bukannya dari
konsep organisasi yang disusun berdasarkan pada garis staf dan komando. Sebagai
akibatnya, teknik-teknik negosiasi dan cara-cara untuk mempengaruhi memegang
peranan penting dalam perencanaan dan pengawasan waktu dan sumber, disamping
praktek yang telah lazim dilaksanakan.
Penglolaan sumber telah lama menjadi masalah utama bagi guru kelas dan
spesialis perpustakaan media, karena keduanya diharapkan sebagai manajer sumber
belajar. Sekarang ini konsep “sumber” lebih mengacu pada pengertian sumber
belajar yang lebih luas dan bukan sekedar diartikan sebagai sarana audiovisual.
Oleh karena itu sumber dapat mencakup barang cetak, lingkungan, dan nama sumber
(Eraut, 1989)
Akhir-akhir ini mulai tumbuh perhatian mengenai efektivitas pembiayaan
pengelolaan sumber dalam lingkungan pelatihan. Untuk hal ini para teknolog
pendidikan akan terpaksa menggunakan keranga-kerangka teori dari disiplin ilmu
lain seperti halnya penggunaan teori ekonomi pengelolaan sumber dari Henderson
dan Quandt (1980). Salah satu contoh orang yang menggunakan model Henderson dan
Quandt adalah Becker dan Davis (1983) mereka menggunakan model ini sebagai
dasar dalam membuat model ekonomis pelatihan dalam bidang industry. Model
tersebut dapat digunakan untuk memberikan alas an digunakannya sumber-sumber
dalam proyek teknologi pembelajaran.
Kelanjutan dari pengelolaan sumber ini adalah pengelolaan sistem
penyampaian. Di sini, yang menjadi pokok permasalahan adalah berkenaan dengan
hal-hal yang menyangkut sarana, seperti kebutuhan perangkat keras dan lunak,
dukungan teknis untuk operator dan pemakai, dan karakteristik lain tentang
pengoperasian sistem teknologi. Ini merupakan era baru praktek mendahului
analisis teoritik tentang model.
Komponen terkahir dari masalah pengelolaan adalah pengelolaan informasi.
Pada dasarnya penglolaan informasi ini banyak dipengaruhi oleh teori informasi
yang ada intinya “kemungkinan memperlakukan bahasa tertulis dan lisan sebagai
rangkaian again informasi.. dan mengandung cara bagaimana mengukur isi suatu
informasi dalam suatu contoh khusus. Bahasa merupakan suatu alat yang dapat
digunakan untuk menangani informasi tanpa memperdulikan makna isinya”
(Lindermayer, 1988:312)
Teori informasi melahirkan suatu landaan yang dapat digunakan untuk
memahami dan memprogram computer. Hal ini berhubungan dengan perancangan dan
penggunaan jaringan computer untuk transmisi, penerimaan dan penyimpanan
informasi. Penerapan teori informasi ini jangkauannya akan semakin luas karena
prose transmisi informasi yang baru ini dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa
dalam setiap bidang pekerjaan. Gejala yang sama juga terjadi di bidang
pendidikan dan cepat atau lambat akan terjadi juga di rumah. Teori informasi ini secara cepat
akan mentransformasi karakteristik yang selalu aka nada pada setiap perancang
pembelajaran yang banyak berkecimpung dengan pengembangan sistem performansi
elektronik atau pada bidang-bidang pengelolaan yang lain. Pengelolaan proyek,
sumber, dan sistem penyampaian semuanya dipengaruhi oleh semakin dominannya
teori pengelolaan dan pengelolaan informasi.
Secara konseptual peranan para teknolog prndidikan mengelola di masa
mendatang tidak hanya meliputi penggunaan teknologi,tetapi juga akan berkembang
kearah pengelolaan sumber daya manusia dan perancangan strategis. Meskipun
sebagian besar orientasi pengelolaan berasal dari persfektif perekayasaan,
teori motivasi dan teori erubahan yang berfokus pada pendekatan humanistic juga
akan tumbuh dan berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar